Di
antara kekhususan Al-Qur’an adalah bahwasanya Allah sendiri yang akan menjamin
pemeliharaannya, sebagaimana yang Allah tegaskan di dalam surat Al-Hijr ayat 9,
yang artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” Di antara sarana pemeliharaannya
adalah senantiasa ada orang yang menghafalnya, generasi demi generasi.
Tidak ada satu kitabpun di dunia ini, yang dihafal ribuan dan bahkan jutaan manusia di luar kepala, selain dari Al-Qur’an yang telah di jadikan Allah mudah untuk diingat dan di hafal. Maka tidak heran jika kita melihat laki-laki dan perempuan (dari kalangan orang-orang arab) yang menghafal Al-Qur’an di luar kepala, begitu pula anak-anak, Tak satu hurufpun
Tidak ada satu kitabpun di dunia ini, yang dihafal ribuan dan bahkan jutaan manusia di luar kepala, selain dari Al-Qur’an yang telah di jadikan Allah mudah untuk diingat dan di hafal. Maka tidak heran jika kita melihat laki-laki dan perempuan (dari kalangan orang-orang arab) yang menghafal Al-Qur’an di luar kepala, begitu pula anak-anak, Tak satu hurufpun
yang lolos dari ingatan dan
hafalan mereka. Bagitu pula yang dilakukan orang-orang selain arab. Mereka
menghafal Al-Qur’an karena untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah,
meskipun dia tidak paham apa yang di baca dan di hafalnya.
Apa sih keutamaan menghafal al-qur’an itu?
Banyak hadits dari
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengajurkan untuk menghafal
Al-Qur’an, agar diri orang muslim tidak lepas dari kitab Allah, seperti yang di
sebutkan dalam hadits yang di riwayatkan oleh Ibnu Abbas secara marfu’:
إن الذي ليس في جوفه شيء من القرأن كالبيت الخرب
“Sesungguhnya orang yang di dalam dirinya tidak ada sedikitpun dari al-qur’an, maka ia seperti rumah yang roboh.” (diriwayatkan At-Tirmidzy).
إن الذي ليس في جوفه شيء من القرأن كالبيت الخرب
“Sesungguhnya orang yang di dalam dirinya tidak ada sedikitpun dari al-qur’an, maka ia seperti rumah yang roboh.” (diriwayatkan At-Tirmidzy).
Beliau bertanya, “Apa yang
engkau hafal wahai fulan?”
Orang itu menjawab, “Aku hafal ini dan itu serta
surat Al-Baqarah.”
Beliau bertanya, “Apakah engkau hafal surat Al-Baqarah?”
“Benar”, jawabnya.
Beliau bersabda, “pergilah dan engkau adalah pemimpin rombongan.”
Seseorang yang lebih terpandang di antara mereka berkata, “Demi Allah, tidak ada yang menghalangiku untuk menghafal surat Al-Baqarah melainkan karena aku takut tidak mampu melaksanakan isinya.”
Lalu beliau bersabda, “pelajarilah Al-Qur’an dan bacalah ia. Sesungguhnya perumpamaan Al-Qur’an bagi orang yang mempelajarinya lalu dia membacakannya, seperti kantong kulit yang di isi minyak kesturi, yang aromanya menyebar ke segala penjuru. Siapa yang mempelajarinya lalu dia tidur, seperti kantong kulit yang di ikatkan kepada minyak kesturi.”
Beliau bertanya, “Apakah engkau hafal surat Al-Baqarah?”
“Benar”, jawabnya.
Beliau bersabda, “pergilah dan engkau adalah pemimpin rombongan.”
Seseorang yang lebih terpandang di antara mereka berkata, “Demi Allah, tidak ada yang menghalangiku untuk menghafal surat Al-Baqarah melainkan karena aku takut tidak mampu melaksanakan isinya.”
Lalu beliau bersabda, “pelajarilah Al-Qur’an dan bacalah ia. Sesungguhnya perumpamaan Al-Qur’an bagi orang yang mempelajarinya lalu dia membacakannya, seperti kantong kulit yang di isi minyak kesturi, yang aromanya menyebar ke segala penjuru. Siapa yang mempelajarinya lalu dia tidur, seperti kantong kulit yang di ikatkan kepada minyak kesturi.”
Jika
demikian ini perlakuan beliau terhadap seseorang ketika masih hidup, maka
setelah meninggal, jasadnya di dahulukan pengurusannya oleh beliau, seperti
perlakuan terhadap para syuhada’ perang uhud.
Beliau biasa megutus para Qori’
di antara para sahabat, untuk mengajarkan kewajiban-kewajiban islam dan
adab-adabnya, karena mereka hafal kitab Allah dan lebih mampu melaksanakan
tugas ini. Diantara mereka itu adalah tujuh puluh orang yang mati syahid di
perang Bi’r Ma’unah yang terkenal dalam tarikh, karena pengkhianatan
orang-orang musyrik.
Dari Abu
Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa salam
bersabda,
“Orang yang membaca Al-Qur’an datang pada hari kiamat, lalu Al-Qur’an berkata, ‘ya rabbi berilah dia pakaian’. Maka dia diberi mahkota kemulyaan. Kemudian Al-Qur’an berkata lagi, ‘ya rabbi tambahilah’. Maka dia diberi pakaian kemulyaan. Kemudian Al-Qur’an berkata lagi, ‘ya rabbi ridhailah dia’. Maka Allah ridha padanya. Lalu dikatakan kepadanya, ‘bacalah dan tingkatkanlah’. Dan dia ditambahi satu kebaikan dari setiap ayat.” (Di riwayatkan At-Tirmidzy)
“Orang yang membaca Al-Qur’an datang pada hari kiamat, lalu Al-Qur’an berkata, ‘ya rabbi berilah dia pakaian’. Maka dia diberi mahkota kemulyaan. Kemudian Al-Qur’an berkata lagi, ‘ya rabbi tambahilah’. Maka dia diberi pakaian kemulyaan. Kemudian Al-Qur’an berkata lagi, ‘ya rabbi ridhailah dia’. Maka Allah ridha padanya. Lalu dikatakan kepadanya, ‘bacalah dan tingkatkanlah’. Dan dia ditambahi satu kebaikan dari setiap ayat.” (Di riwayatkan At-Tirmidzy)
Pahala Allah di akhirat tidak
hanya di berikan kepada orang yang membaca Al-Qur’an semata, tetapi cahayanya
juga merambah kepada kedua orang tuanya, sehingga keduanya mendapatkan barakah
dari
Dari Buraidah Radhiyallahu
‘Anhu, dia berkata, “Rasululah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “siapa
yang membaca Al-Qur’an, mempelajarinya dan mengamalkan isinya, maka pada hari
kiamat dia diberi mahkota dari cahaya, yang sinarnya seperti sinar matahari,
dan kedua orang tuanya di beri dua lembar pakaian yang tidak mampu di kenakan
di dunia. Kedua orang tuanya itu bertanya, ‘mengapa kami di beri pakaian ini?’
ada yang menjawab, ‘karena anakmu yang membaca Al-Qur’an’.”
Kedua orang
tua menerima kehormatan dari Allah ini, karena keduanya mempunyai andil dalam
mendidik dan membimbing anaknya untuk membaca Al-Qur’an semenjak kecil. Yang
demikian merupakan anjuran bagi orang tua untuk membimbing anak-anaknya agar
menghafal Al-Qur’an selagi masih kecil.
Ibnu Mas’ud berkata, “sesungguhnya rumah yang paling kosong dari barakah adalah rumah yang di dalamnya tidak di bacakan sedikitpun dari Al-Qur’an.”
Al-Mundziry menyebutkan di dalam At-Targhib wat-Tarhib dengan lafazh, “rumah yang paling kecil”. Artinya, rumah yang paling hina dan rendah nilainya.
Al-Mundziry menyebutkan di dalam At-Targhib wat-Tarhib dengan lafazh, “rumah yang paling kecil”. Artinya, rumah yang paling hina dan rendah nilainya.
Hikmah
menghafal al qur an:
·
Dimuliakan oleh Allah swt.
·
Orang tua kita mendapat kemuliaan.
·
Amalan kita berkali lipat.
·
Diangkat menjadi pemimpin.
·
Al-qur`an memberi syafaat di
hari kiamat.
·
Dikumpulkan bersama para
malaikat.
·
Penghafal al quran akan memakai
mahkota kehormatan di akhirat nanti.
·
Ditempatkan di surga paling
tinggi.
Masih adakah alasan untuk
tidak menghafalkan Al-Qur’an ? Mudah-mudahan Allah menjadikan kita dan anak
keturunan kita sebagai pembawa panji-panji islam…… amiin yaa mujibas sailiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari jalin silaturahim dengan
Berikan komentar anda untuk kemajuan Blog ini.