Tahun 1959 dan SMP 1962. Awalnya beliau telah berhenti sekolah karena krisis ekonomi keluarga, beliau “ngenger” dalam bahasa jawa yang artinya menumpang di suatu tempat namun tetap melalukan pekerjaan sukarela di masjid Khadijah yang bertempat di daerah Arjuno beliau juga ikut membantu merawat masjid hingga pada suatu saat belia bertemu dengan seseorang yang bernama Pak Ibnu Samun. Beliau adalah bapak dari kepala PDAM saat ini di Kabupaten Dau, Batu. Dan Bapak Ibnu Samun lah yang telah berjasa dalam hidup Pak Manan, Bapak Samun juga lah yang menyarankan Manan kecil untuk melanjutkan sekolah ke jenjang PGA ( Pendidikan Guru Agama ) dan akhirnya Manan kecil melanjutkan pendidikannya hingga lulus pada Tahun 1965.
Setelah lama diwawancarai, sang
nyonya ibu Ningsih mengatakan bahwa Pak Manan adalah salah satu pejuang
Ar-Rohmah dan kami tertarik untuk bertanya sedikit tentang awal mula Ar-Rohmah
terbangun. Menurut penjelasan Pak Manan, dahulu Ar-Rohamah adalah sebuah panti
asuhan yang tidak terlalu terkenal dan hanya memiliki sedikit anak asuh. Semua
anak asuhan tersebut bersekolah ditempat Pak Manan mengajar di SMP 2 Muhammadiyah. Hingga pada akhirnya Pak Manan ikut
membantu untuk membentuk sebuah Pondok Pesantren. Dan akhirnya berdirilah LPI Ar-Rohmah hingga saat ini. Pak Manan turut
mengapresiasi dengan perkembangan yang sangat pesat dari segi pendidikan di
Ar-Rohmah.
Awal mula beliau sakit yaitu karena
kecelakaan 2 tahun yang lalu. Jadi menurut pengakuan beliau
setiap bulan Ramadhan, beliau melakukan Safari Ramadhan ke setiap cabang
muhammadiyah di kota Malang. Pada hari ke-10 bulan Ramadhan tahun 2014, seperti
biasa beliau melakukan Safari Ramadhan ke seluruh Cabang Muhammadiyah. Dan saat
beliau hendak mencari makanan untuk sahur beliau mengendarai sepeda motor
seorang diri, singkat cerita. Seusai makan sahur beliau melanjutkan perjalanan
menuju kediamannya di Dau. Secara tiba-tiba beliau tidak sadarkan diri saat
mengendarai sepada motor hingga akhirnya beliau menabrak sebuah mobil di daerah
Pakis, Malang. Saat itu beliau masih bisa mendengar nafasnya yang terasa sangat
sesak di dadanya. Dan beliau dibantu oleh sang pemilik mobil untuk pergi menuju
Puskesmas Pakis, ketika sang ketua pimpinan muhammdiyah daerah ini sadar dari
pingsannya beliau ditanya oleh salah seorang yang menolong beliau “siapa yang
bisa dihubungi?” dan beliau menjawab “Pak Mursidi” orang yang disebutkan beliau
juga teman dekat dari Pak Manan. Sesampainya Pak Mursidi di Puskesmas Pakis dan
melihat kondisi Pak Manan yang saat itu terbaring tak berdaya di atas kasur
dengan luka yang terbilang parah dibagian lutut kanan, Pak Mursidi mengusulkan
untuk membawa Pimpinan Daersh tersebut ke Rumah Sakit Muhammadiyah Tlogomas.
Dalam kejadian itu beliau mengaku bahwa banyak sekali hikmah didalamnya dan
pada akhirnya beliau menjalani pemulihan selama 1 setengah tahun dan disusul
oleh penyakit Bell’s palsy yang
menyerangnya, penyembuhan masih dilakukan hingga saat ini.
Beliau juga menceritakan tentang
perjuangannya menuju medan Jihad di Jakarta pada Tanggal 04 November 2016
dengan berpegang teguh pada kitab Suci Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 38-41
yang menjelaskan tentang “jihad”
ini salah satu kitipan ayat tersebut “berangkatlah
kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan
harta dan dirimu di jalan Allah. Dan demikian itu adalah lebih baik bagimu,
jika kamu mengetahui.” Selain itu beliau juga berpegang teguh pada Hadits
Rasul SAW. Dengan ketakutannya akan orang cina yang menguasai Negara ini, dan
dengan niat dalam hati yang sangat luar biasa beliau berangkat menuju medan
Jihad yang sesungguhnya mengendarai sepeda motor Grand yang terbilang cukup tua. Tidak peduli apapun yang akan terjadi,
beliau percaya bahwa Allah akan selalu menjaganya dalam perjalanan menuju Jakarta.
Walaupun Pak Manan percaya bahwa
akan dilindungi oleh-Nya namun perjalanan beliau masih mendapatkan cobaan. Ketika
beliau melintasi kota Caruban beliau mengalami kecelakaan kecil yang
mengakibatkan kaki kanan bekas lukanya memar dan terasa sakit untuk yang ke-2
kalinya setelah kecelakaan 2 tahun lalu. Layaknya firman Allah dalam surat Al-Insyiroh
ayat 5 yang artinya “maka sesunggunya bersama kesulitan ada kemudahan”
dan tidak memungkiri dari ayat tersebut, ketika Pak Manan sampai di Kota Bekasi
lebih tepatnya di Pondok Gede beliau bertemu dengan seorang pemuda dan ibunya
yang hendak mengantarkan beliau ke rumah anaknya yang bertempat tinggal di Balai
Kambang. Dan dikediaman
rumah anaknya Pak Manan istirahat hingga matahari menampakkan sinarnya, Pak
Manan diantar oleh anaknya untuk menuju masjid Istiqlal. Singkat cerita para
mujahid pejuang Islam ini berkumpul di Landmark Jakarta yaitu Monumen
Nasional namun petinggi Negara tidak ada yang merespon berkenaan dengan unjuk
rasa yang dilaksanakan tersebut. Kemudian mereka melanjutkan usahanya menuju
Gedung DPR Jakarta dalam setengah perjalanan menuju Gedung DPR beliau lagi-lagi
mendapat petolongan-Nya dengan bantuan seorang wanita yang berprofesi sebagai
tenaga medis. Sesampainya di Gedung DPR seraya menunggu keputusan dari pihak yang
berwajib Pak Manan duduk di pinggir trotoar bersama seorang pemuda yang belum
pernah dikenal sebelumnya dan bercerita bahwa pemuda tersebut memiliki dosen
yang nekat dari Malang ke Jakarta mengandarai sepeda motor. Dan akhirnya Pak
Manan Mengakui bahwa yang diceritakan oleh pemuda tersebut adalah dirinya,
terkejutlah pemuda tersebut dan mengirimkan foto mereka kepada murid dari Pak
Manan yang berada di Malang, hal yang tidak pernah dibayangkan berikutnya
adalah beliau bertemu dengan Ust. Khalid Basalamah dan mendapat hadiah yang
luar biasa dari Ust. Khalid Basalamah. Dan sungguh bantuan dari Allah tidak
pernah ada putusnya ketika hambanya mengejar akhirat maka dia akan mendapatkan
dunia pula.
“Perjuangan cirinya ada pengorbanan”
-----Pak Manan-----
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari jalin silaturahim dengan
Berikan komentar anda untuk kemajuan Blog ini.