Kamis, 24 November 2011

Pengertian Ilmu


Kita sering Mendengar sebuah kata bijak yang berbunyi al 'ilmu nuurun : Ilmu itu adalah cahaya. Begitulah ilmu ia seperti obor ditengah malam yang gelap menerangi orang yang kegelapan,ilmu juga menjadi kunci kedudukan seseorang ditengah mahluk Allah lainnya, sungguh amat jauh perbedaan antara orang yang berilmu dan tidak berilmu, lalu apakah ilmu itu? inilah kajian kita pada edisi kali ini. Secara
bahasa, ilmu (al-‘Ilm) adalah lawan kata dari bodoh (al-jahl). Sedangkan secara istilah, para ulama ushul memberikan pengertian ilmu sebagai berikut:
اِدْرَاكُ الشَّيْءِ عَلَى مَا هُوَ عَلَيْهِ اِدْرَاكًا جَازِمًا
Artinya: “Memahami sesuatu secara pasti sesuai dengan faktanya.”
Contoh ilmu sesuai pengertian di atas:
-       Bahwa keseluruhan (kullun) lebih besar daripada sebagian (juz’un);
-       Bahwa setiap ciptaan (makhluq) pasti ada yang menciptakan (khaliq);
-       Bahwa niat merupakan syarat dalam suatu ibadah.
Contoh yang pertama dan kedua di atas adalah contoh ilmu yang diperoleh secara akal, sedangkan contoh yang ketiga diperoleh secara syara’ (syariah).
Dalam ajaran Islam, ilmu tidak dapat dipisahkan dari amal. Artinya, ilmu harus diamalkan, dan sebaliknya, suatu amalan harus didasarkan kepada ilmu. Karena itu, Sahabat Ibnu Mas’ud r.a. berkata:
لَيْسَ الْعِلْمُ بِكَثْرَةِ الرِّوَايَةِ اِنَّمَا الْعِلْمُ نُوْرٌ يُقْذَفُ فِي الْقَلْبِ
Artinya: “Ilmu bukan dengan banyaknya meriwayatkan. Sesungguhnya ilmu adalah cahaya yang dipancarkan di dalam hati.”
Sebagian ulama yang lainnya berkata:
اِنَّمَا الْعِلْمُ الْخَشْيَةُ
Artinya: “Sesungguhnyalah ilmu adalah khasyyah (rasa takut kepada Allah).”
Yang dimaksud dengan hakikat ilmu dalam perkataan tersebut adalah buahnya ilmu. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt,
إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاؤُا
Artinya: “Sesungguhnya yang benar-benar takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya adalah ulama.” (Q.S. Fathir: 28).
Karena itulah, maka orang yang berilmu (‘alim) tapi perilakunya tidak sesuai dengan ilmu yang dimilikinya, maka orang tersebut dicap sebagai orang bodoh (jahil). Nabi Yusuf a.s. berdo’a kepada Allah agar tidak terpedaya rayuan untuk berbuat maksiyat, karena itu termasuk perilaku orang-orang yang bodoh. Allah swt mengabadikan perkataannya,
قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ وَإِلاَّ تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُن مِّنَ الْجَاهِلِينَ
Artinya: “Yusuf berkata, ‘Wahai Tuhanku, penjara bagiku lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka padaku. Jika Engkau tidak memalingkan diriku dari tipu daya mereka, niscaya aku akan jatuh pada ajakan mereka, dan tentulah aku akan termasuk orang-orang yang bodoh.” (Q.S. Yusuf: 33)

B.      Kedudukan dan Keutamaan Ilmu
Ilmu memiliki kedudukan dan keutamaan yang sangat besar dalam Islam. Karena itulah, maka wahyu yang pertama kali diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw adalah al-Quran surah al-Alaq ayat 1-5, yang berisi perintah ‘membaca’. Bahkan perintah tersebut diulang dua kali untuk menunjukkan pentingnya aktifitas membaca, dan aktivitas tersebut harus dilakukan secara sungguh-sungguh dan berulang-ulang, karena iaktifitas membaca adalah sarana utama untuk mendapatkan ilmu.
Di antara keutamaan ilmu yang disebutkan dalam al-Quran dan Hadits yaitu:
1.      Ilmu, bersama-sama dengan iman, merupakan salah satu dari sebab ditinggikannya derajat seseorang oleh Allah. Allah swt berfirman,
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِير.
Artinya: “Niscaya Allah akan menaikkan derajat orang-orang yang beriman dari kalian, serta orang-orang yang diberi ilmu, beberapa derakat.” (Q.S. Al-Mujadilah: 11).
2.      Ilmu adalah warisan para nabi, yang tidak bisa dinilai dengan dunia dan segala isinya. Sehingga, merupakan keuntungan yang besar dan sempurna bagi manusia, bila mendapatkan warisan tersebut. Rasulullah bersabda,
اِنَّ اْلاَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلاَدِرْهَمًا. اِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ اَخَذَهُ اَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ .
Artinya: “Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi mereka hanyalah mewariskan ilmu. Maka, barangsiapa mengambil warisan tersebut, berarti ia telah mengambil bagian warisan yang sempurna.” (H.R. Abu Dawud dan at-Tirmidzi).
3.      Ilmu adalah syarat untuk mendapat kebaikan dari Allah swt. Rasulullah bersabda,
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ.
Artinya: “Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah mendapatkan kebaikan, maka Ia akan dipahamkan oleh Allah terhadap agamanya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
4.      Ilmu merupakan syarat untuk diterimanya suatu amalan. Rasulullah bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ اَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ .
Artinya: “Barangsiapa mengamalkan sesuatu yang tidak ada landasannya dalam urusan kami, maka amalnya tertolak.” (H.R. Muslim).

4 komentar:

Mari jalin silaturahim dengan
Berikan komentar anda untuk kemajuan Blog ini.

.