عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً قَالَ
لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَوْصِنِي، قَالَ : لاَ تَغْضَبْ
فَرَدَّدَ مِرَاراً، قَالَ: لاَ تَغْضَبْ
[رواه البخاري]
Terjemah / ترجمة الحديث :
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu sesungguhnya seseorang bertanya kepada
Rasulullah sholallohu ‘alaihi wa sallam : (Ya Rasulullah) nasihatilah saya.
Beliau bersabda : Jangan kamu marah. Beliau menanyakan hal itu berkali-kali.
Maka beliau bersabda : Jangan engkau marah. (Riwayat Bukhori )
Mungkin kalian semua sudah tak asing lagi dengan hadits yang masuk dalam
Hadits Arba’in Nawawi ke-16, atau mungkin malah sudah dihafalnya diluar
kepala?! Ya, hadits yang simple tetapi
jika rumusan masalah, tafsirannya dikembangkan, akan menjadi banyak
paragraf. Mungkin akan lebih mudah
menjelaskan marah dengan rival-nya,
yaitu sabar dengan kalimat ini:
M
|
arah Itu Mudah Tapi Sabar Itu Indah,
juga susah.
Shahib seperjuangan...
Oke, kita ambil contoh yang gampang. Baru-baru
ini temen-temen ISTH SMP-SMA ngadain i’dad Al-Quwwah. Ya, mungkin ada yang sampai mukanya memerah,
mungkin ada lagi yang tetep keep calm.
Kalau yang sampai mukanya memerah mungkin bisa dijelaskan secara ilmiah seperti
ini.
Sesungguhnya Allah menciptakan
sifat marah itu dari api dan menjadikannya sebagai salah satu tabiat (tingkah
laku) bagi manusia. Apabila terhalang salah satu hajat atau maksud seseorang,
niscaya menyalalah api kemarahannya yang menjadikan darah hatinya mendidih lalu
mengalir kepada saraf dan menggelegak (mendidih) ke bagian sebelah atas
badannya sebagaimana menggelegaknya api dan sebagaimana mendidihnya air yang
dipanaskan di dalam periuk (alat untuk menanak nasi). Lalu muka dan matanya
menjadi merah, sementara di balik kulitnya membayangkan warna merah.
Adapun kekuatan marah
itu tempatnya di hati. Artinya darah hati menggelegak untuk menuntut balas, dan
kekuatan marah itu digunakan untuk menolak apa yang menyakitkan hatinya sebelum
marahnya terjadi dan untuk menyembuhkan dan menuntut balas. Menuntut balas
adalah makanan kekuatan tersebut dan keinginannya, karena dengan menuntut balas
akan terhasil kelegaannya, dan dia tidak akan tenang melainkan dengan menuntut
balas atau membalas dendam.
Jadi, ya itu penjelasan
singkatnya tentang “merahnya muka”
Lalu kalau begitu, Bagaimana cara mengatasinya?
Kan, dia yang mukul duluan, kena muka lagi, tambah
wasit gak liat pelanggarannya lagi.
Tenang bro, tenang, begini...
Dari Abu
Hurairah, bahwa Rasulullah telah
bersabda
“Bukanlah orang yang kuat itu kuat bergulat,
(tetapi) sesungguhnya orang yang kuat itu ialah orang yang dapat (mampu)
menguasai nafsunya tatkala marah”. (HR.
Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra.)Masih kurang hadits nya lagi? Oke, tambah satu lagi.
Ibnu Katsir setelah menuturkan, bahwa”Imam Ahmad
meriwayatkan sendirian dan sanadnya hasan, tidak ada yang cacat, dan matanya
hasan. Rasulullah bersabda
, “Siapa yang menahan amarah dan ia mampu untuk melampiaskannya, maka ia
akan memanggilnya di hadapan para makhluk dan menyuruhnya memilih bidadari mana
yang ia suka.””
Kan,
itu dari penjelasan haditsnya, kalo dari segi ilmiahnya, gimana?Begini...
Penyebab marah sangatlah beragam, di antara satu dan yang lainnya
berbeda-beda. Ada kalanya karena sifat temperamental. Sangat sensitif terhadap
hal yang tidak menyenangkan.
Ada kemarahan karena budaya sekitar yang sulit diajak kompromi dalam
meredam kemarahan. Sehingga, mudah sekali tersulut kemarahan bahkan
mengekspresikan kejengkelan melalui tawuran secara masal.
Perilaku marah karena belajar kepada lingkungan. Hal ini terjadi jika
seseorang dibesarkan dalam sebuah suasana, di mana yang dijadikan contoh sangat
pemarah sehingga berefek pada orang sekitarnya.
Marah juga dapat disebabkan karena menganggap dirinya sebagai orang
penting, harga diri yang melambung, perfeksionis (orang
yg ingin segala-galanya sempurna). Mereka ini sangat tinggi dalam menjaga diri. Memenuhi keinginan diri
sehingga sangat sensitif dan reaktif terhadap masalah kecil yang menghambat
atau mengecewakan tujuan yang akan dicapainya.
Berbagai latar belakang bisa dengan cepat menimbulkan dorongan
kemarahan, namun sebenarnya kemarahan disebabkan karena terjadinya gap (jurang
pemisah) antara keinginan dan kenyataan yang sesungguhnya. Ditambah lagi dengan
terbatasnya waktu yang ada. Keadaan ini dapat menjadikan seseorang bingung,
tertekan dan berusaha mencari jalan ke luar, sehingga menjadi marah.
Yang kutanya kan, cara
mengatasi, bukan penyebab marah!!
Cara mengatasinya... yo wes sabar, apalagi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari jalin silaturahim dengan
Berikan komentar anda untuk kemajuan Blog ini.